ESSAY DALAM RANGKA BULAN BAHASA
SMA N 1 PURWOREJO
Oleh: Dennisa Putri Ramadhani
Semester 3 MIPA 1
SEKOLAH MENENGAH AKHIR NEGERI 1
PURWOREJO
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Terselubungnya Jiwa Pahlawan
Gerilya
Dalam Diri Pelajar dan Sastra
Pahlawan adalah
orang yang telah berjasa bagi sebuah bangsa. Pahlawan berani mempertaruhkan
jiwa dan raganya bagi kemakmuran dan kemajuan bangsanya dan senantiasa membela
kebenaran. Contoh dari jiwa pahlawan adalah pelajar dan karya sastra hasil buah
pikir dari para sastrawan. Hal itu disebabkan oleh pemikiran, jiwa, dan tujuan
dari pahlawan dan sastra sesuai dengan konsep kata pahlawan. Jika disebut
demikian, maka pelajar dan sastra mampu diibaratkan sebagai pahlawan dengan
teknik gerilyanya sendiri.
Gerilya adalah
perang atau perjuangan yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi atau secara
tidak langsung dan tidak terikat oleh suatu ketentuan. Gerilya tidak hanya
bersangkutan dengan peperangan melawan penjajah, tetapi juga bisa dikaitkan
dengan perkembangan peradaban dan globalisasi. Oleh sebab itu pelajar dan
sastra dapat diibaratkan sebagai pahlawan dengan strategi gerilyanya sendiri.
Setelah melihat
uraian di atas dapat saya peroleh beberapa alasan dan bukti yang mampu
menjelaskan uraian tersebut. Pelajar merupakan salah satu senjata bagi sebuah
bangsa untuk mendobrak suatu peradaban. Pikiran yang kritis dan inovatif mampu
memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk melakukan atau menolak suatu hal.
Hal ini yang mendorong arti penting pelajar bagi keberlangsungan hidup suatu
negara. Seperti yang dikataan oleh Presiden Soekarno dalam pidatonya “Beri aku
1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Sumeru dari akarnya dan beri aku 10
pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Hal itu membuktikan bahwa pelajar
mampu menjadi harapan untuk bergerilya melawan kemajuan dunia dan globalisasi
yang mampu menggerus kedaulatan bangsa. Pelajar juga mampu ditempatkan di
barisan terdepan sebagai pencipta inovasi dari setiap karya dan semangat cinta
tanah airnya.
Pelajar bisa
disebut sebagai seorang pahlawan bagi bangsa karena pada era globalisasi ini
pahlawan tidak bisa hanya dikaitkan dengan peperangan. Kecakapan dan semangat
tinggi untuk menuntut ilmu mampu menunjukkan kehebatan suatu negara. Tentu hal
ini bisa menjadi alasan kenapa pelajar bisa menjadi pahlawan yang terpendam
bagi sebuah negara dengan taktik gerilyanya. Fakta yang dapat menunjukkan
pernyataan di atas adalah bahwa negara maju memiliki sistem pendidikan terbaik.
Negara-negara tersebut adalah Korea Selatan, Jepang, Singapore, Hongkong,dan
Inggris. Hal ini dikarenakan mereka sadar bahwa pelajar mampu menjadi senjata
untuk bersaing di masa digital ini.
Sastra adalah hasil
dari suatu kegiatan kreatif yang memadukan unsur estetika dan komunikatif yang
berisikan ide, pemikiran, dan gagasan dari
pengarang. Sastra
memiliki ide gagasan, pengalaman, dan amanat yang ditujukan kepada pembaca. Penciptaan
sastra melalui proses yang panjang. Hal ini menyebabkan sastra mempu
menempatkan diri menjadi suatu hal yang berharga bagi kehidupan masyarakat.
Seperti yang kita tahu bahwa satra tercipta karena pengaruh dari lingkungan sekitarnya.
Pradopo (2002:59) mengemukakan bahwa karya sastra secara langsung atau tidak
langsung dipengaruhi oleh pengalaman dari lingkungan pengarang. Maka sastra mampu mempengaruhi
masyarakat untuk mengenali, memilih, dan meyakini yang benar sebagai hal yang
benar dan salah sebahai hal yang salah sesuai pandangan dari sastrawan.
Sastra mencakup hal
yang luas sehingga bisa mempengaruhi para pembaca. Terkait hal itu pula Ikhwanuddin Nasution dalam
tulisannya pada saat pengukuhan guru besarnya di Universitas Sumatra Utara
(Nasution, 2009 : 2) menyatakan bahwa karya sastra (sastra) merupakan
kristalisasi nilai-nilai dari suatu masyarakat. Meskipun karya sastra yang baik
pada umumnya tidak langsung menggambarkan atau memperjuangkan nilai-nilai
tertentu, tetapi aspirasi masyarakat mau tidak mau tercermin dalam karya sastra
tersebut. Karya sastra tidak terlepas dari
sosial-budaya dan kehidupan masyarakat yang digambarkannya. Oleh karena itu, sastra bisa
menjadi suatu senjata yang sulit dimusnahkan dan dilihat dengan kasat mata. Contoh
nyata ketika Belanda melarang setiap sastra atau tulisan dari para sastrawan
dan para pejuang karena mereka takut rakyat Indonesia bersatu lewat isi dari
tulisaan tersebut.
Sastra dapat
dimengerti secara baik jika kita mampu memahami setiap kata dan penggambaran
dari sastra itu sendiri. Bukan tidak mungkin bahwa saat ini sasta dan tulisan
sangat banyak digunakan untuk mengadu domba berbagai pihak. Tentu saja kita
sebagai pelajar harus bisa memanfaatkan karya sastra untuk kepentingan
memajukan bangsa. Taktik gerilya yang digunakan adalah dengan menciptakan karya
yang mampu menumbuhkan rasa semangat dan cinta tanah air Indonesia. Tidak hanya
itu, karya sastra bisa mencerminkan kehidupan bangsa. Contohnya adalah
banyaknya artikel, berita, dan karya sastra lainnya yang diunggah di berbagai
media, terutama internet. Di era globalisasi ini sastra tulis sangat
berpengaruh dan dapat menjadi jendela informasi untuk melihat keadaan suatu
negara.
Dapat dikatakan
bahwa sastra dari para sastrawan mampu menjadi suatu taktik bagi bangsa untuk
mempertahankan semangat cinta tanah air. Sastra mampu membangkitkan semangat rakyat
bangsa untuk selalu bekerja bersama mencapai cita-cita bangsa. Sastra memiliki
banyak bentuk dan setiap bentuk sastra memiliki bentuk dan cara penyajian yang
tidak sama. Contohnya novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari yang telah menjadi bacaan
kaum muda Indonesia selama 25 tahun. Buku ini berisi tentang pemuda desa yang
berjuang mengusir tentara Belanda dan mempertahankan kedaulatan Indonesia.
Novel tersebut mampu memberikan gambaran kepada pembaca tentang perjuangan
mempertahankan kedaulatan. Kisah perjuangan yang digambarkan dalam novel mampu
mengobarkan semangat persatuan.
Contoh lainnya
adalah puisi yang berjudul “Rakyat” karya Hartoyo Andang Jaya yang bercerita
tentang keadaan rakyat Indonesia pada waku itu. Puisi ini menggambarkan
kesengsaraan rakyat Indonesia yang harus berjuang untuk bertahan hidup. Hal ini
menunjukkan bahwa karya sastra mampu menggambarkan keadaan sosial hingga
ekonomi rakyat sehingga rakyat tidak buta terhadap kepemimpinan pemerintah yang
tidak adil. Karya ini mampu meenyadarkan rakyat tentang apa yang salah dan yang
benar.
Oleh karena itu,
pelajar dan sastra mampu digambarkan dan dijadikan pahlawan dengan taktik
gerilyanya sendiri. Mereka dapat disebut sebagai pahlawan kerena memiliki jiwa,
semangat, dan cinta kebenaran yang sejalan dengan jiwa ksatria seorang
pahlawan. Pahlawan tidak hanya berkaitan dengan perang senjata, tetapi juga
bisa menjadi julukan bagi orang yang telah berjasa menghidupkan suatu kebenaran
dan cita-cita. Salah satu contohnya adalah perjuangan kedaulatan dan cita-cita
pada masa globalisasi.
Perjuangan seorang
pahlawan memerlukan pengorbanan dan taktik atau strategi agar tujuan dapat
tercapai. Kekuatan pelajar adalah dari pemikiran yang kritis inovatif dan fisik
yang kuat. Hal itu mampu menjadikan sosok pelajar yang kuat dan berpengaruh
bagi kehidupan berbangsa pada masa globalisasi. Demikian pula dengan sastra,
sastra memiliki kekuatan pada makna dan filosofi penciptaan yang mampu mempengaruhi
para pembaca. Oleh karena itu, sastra dan pelajar dapat diibaratkan sebagai
pahlawan dengan taktik gerilyanya sendiri.
[FILE]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar