Jumat, 05 Oktober 2018

Terselubungnya Jiwa Pahlawan Gerilya Dalam Diri Pelajar dan Sastra



ESSAY DALAM RANGKA BULAN BAHASA

SMA N 1 PURWOREJO











Oleh: Dennisa Putri Ramadhani

Semester 3 MIPA 1











SEKOLAH MENENGAH AKHIR NEGERI 1 PURWOREJO

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Terselubungnya Jiwa Pahlawan Gerilya

Dalam Diri Pelajar dan Sastra

Pahlawan adalah orang yang telah berjasa bagi sebuah bangsa. Pahlawan berani mempertaruhkan jiwa dan raganya bagi kemakmuran dan kemajuan bangsanya dan senantiasa membela kebenaran. Contoh dari jiwa pahlawan adalah pelajar dan karya sastra hasil buah pikir dari para sastrawan. Hal itu disebabkan oleh pemikiran, jiwa, dan tujuan dari pahlawan dan sastra sesuai dengan konsep kata pahlawan. Jika disebut demikian, maka pelajar dan sastra mampu diibaratkan sebagai pahlawan dengan teknik gerilyanya sendiri.

Gerilya adalah perang atau perjuangan yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi atau secara tidak langsung dan tidak terikat oleh suatu ketentuan. Gerilya tidak hanya bersangkutan dengan peperangan melawan penjajah, tetapi juga bisa dikaitkan dengan perkembangan peradaban dan globalisasi. Oleh sebab itu pelajar dan sastra dapat diibaratkan sebagai pahlawan dengan strategi gerilyanya sendiri.

Setelah melihat uraian di atas dapat saya peroleh beberapa alasan dan bukti yang mampu menjelaskan uraian tersebut. Pelajar merupakan salah satu senjata bagi sebuah bangsa untuk mendobrak suatu peradaban. Pikiran yang kritis dan inovatif mampu memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk melakukan atau menolak suatu hal. Hal ini yang mendorong arti penting pelajar bagi keberlangsungan hidup suatu negara. Seperti yang dikataan oleh Presiden Soekarno dalam pidatonya “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Sumeru dari akarnya dan beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Hal itu membuktikan bahwa pelajar mampu menjadi harapan untuk bergerilya melawan kemajuan dunia dan globalisasi yang mampu menggerus kedaulatan bangsa. Pelajar juga mampu ditempatkan di barisan terdepan sebagai pencipta inovasi dari setiap karya dan semangat cinta tanah airnya.

Pelajar bisa disebut sebagai seorang pahlawan bagi bangsa karena pada era globalisasi ini pahlawan tidak bisa hanya dikaitkan dengan peperangan. Kecakapan dan semangat tinggi untuk menuntut ilmu mampu menunjukkan kehebatan suatu negara. Tentu hal ini bisa menjadi alasan kenapa pelajar bisa menjadi pahlawan yang terpendam bagi sebuah negara dengan taktik gerilyanya. Fakta yang dapat menunjukkan pernyataan di atas adalah bahwa negara maju memiliki sistem pendidikan terbaik. Negara-negara tersebut adalah Korea Selatan, Jepang, Singapore, Hongkong,dan Inggris. Hal ini dikarenakan mereka sadar bahwa pelajar mampu menjadi senjata untuk bersaing di masa digital ini.

Sastra adalah hasil dari suatu kegiatan kreatif yang memadukan unsur estetika dan komunikatif yang berisikan ide, pemikiran, dan gagasan dari pengarang. Sastra memiliki ide gagasan, pengalaman, dan amanat yang ditujukan kepada pembaca. Penciptaan sastra melalui proses yang panjang. Hal ini menyebabkan sastra mempu menempatkan diri menjadi suatu hal yang berharga bagi kehidupan masyarakat. Seperti yang kita tahu bahwa satra tercipta karena pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Pradopo (2002:59) mengemukakan  bahwa karya sastra secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh pengalaman dari lingkungan pengarang. Maka sastra mampu mempengaruhi masyarakat untuk mengenali, memilih, dan meyakini yang benar sebagai hal yang benar dan salah sebahai hal yang salah sesuai pandangan dari sastrawan.

Sastra mencakup hal yang luas sehingga bisa mempengaruhi para pembaca. Terkait hal itu pula Ikhwanuddin Nasution dalam tulisannya pada saat pengukuhan guru besarnya di Universitas Sumatra Utara (Nasution, 2009 : 2) menyatakan bahwa karya sastra (sastra) merupakan kristalisasi nilai-nilai dari suatu masyarakat. Meskipun karya sastra yang baik pada umumnya tidak langsung menggambarkan atau memperjuangkan nilai-nilai tertentu, tetapi aspirasi masyarakat mau tidak mau tercermin dalam karya sastra tersebut. Karya sastra tidak terlepas dari sosial-budaya dan kehidupan masyarakat yang digambarkannya. Oleh karena itu, sastra bisa menjadi suatu senjata yang sulit dimusnahkan dan dilihat dengan kasat mata. Contoh nyata ketika Belanda melarang setiap sastra atau tulisan dari para sastrawan dan para pejuang karena mereka takut rakyat Indonesia bersatu lewat isi dari tulisaan tersebut.

Sastra dapat dimengerti secara baik jika kita mampu memahami setiap kata dan penggambaran dari sastra itu sendiri. Bukan tidak mungkin bahwa saat ini sasta dan tulisan sangat banyak digunakan untuk mengadu domba berbagai pihak. Tentu saja kita sebagai pelajar harus bisa memanfaatkan karya sastra untuk kepentingan memajukan bangsa. Taktik gerilya yang digunakan adalah dengan menciptakan karya yang mampu menumbuhkan rasa semangat dan cinta tanah air Indonesia. Tidak hanya itu, karya sastra bisa mencerminkan kehidupan bangsa. Contohnya adalah banyaknya artikel, berita, dan karya sastra lainnya yang diunggah di berbagai media, terutama internet. Di era globalisasi ini sastra tulis sangat berpengaruh dan dapat menjadi jendela informasi untuk melihat keadaan suatu negara.

Dapat dikatakan bahwa sastra dari para sastrawan mampu menjadi suatu taktik bagi bangsa untuk mempertahankan semangat cinta tanah air. Sastra mampu membangkitkan semangat rakyat bangsa untuk selalu bekerja bersama mencapai cita-cita bangsa. Sastra memiliki banyak bentuk dan setiap bentuk sastra memiliki bentuk dan cara penyajian yang tidak sama. Contohnya novel Lingkar Tanah Lingkar Air  karya Ahmad Tohari yang telah menjadi bacaan kaum muda Indonesia selama 25 tahun. Buku ini berisi tentang pemuda desa yang berjuang mengusir tentara Belanda dan mempertahankan kedaulatan Indonesia. Novel tersebut mampu memberikan gambaran kepada pembaca tentang perjuangan mempertahankan kedaulatan. Kisah perjuangan yang digambarkan dalam novel mampu mengobarkan semangat persatuan.

Contoh lainnya adalah puisi yang berjudul “Rakyat” karya Hartoyo Andang Jaya yang bercerita tentang keadaan rakyat Indonesia pada waku itu. Puisi ini menggambarkan kesengsaraan rakyat Indonesia yang harus berjuang untuk bertahan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa karya sastra mampu menggambarkan keadaan sosial hingga ekonomi rakyat sehingga rakyat tidak buta terhadap kepemimpinan pemerintah yang tidak adil. Karya ini mampu meenyadarkan rakyat tentang apa yang salah dan yang benar.

Oleh karena itu, pelajar dan sastra mampu digambarkan dan dijadikan pahlawan dengan taktik gerilyanya sendiri. Mereka dapat disebut sebagai pahlawan kerena memiliki jiwa, semangat, dan cinta kebenaran yang sejalan dengan jiwa ksatria seorang pahlawan. Pahlawan tidak hanya berkaitan dengan perang senjata, tetapi juga bisa menjadi julukan bagi orang yang telah berjasa menghidupkan suatu kebenaran dan cita-cita. Salah satu contohnya adalah perjuangan kedaulatan dan cita-cita pada masa globalisasi.

Perjuangan seorang pahlawan memerlukan pengorbanan dan taktik atau strategi agar tujuan dapat tercapai. Kekuatan pelajar adalah dari pemikiran yang kritis inovatif dan fisik yang kuat. Hal itu mampu menjadikan sosok pelajar yang kuat dan berpengaruh bagi kehidupan berbangsa pada masa globalisasi. Demikian pula dengan sastra, sastra memiliki kekuatan pada makna dan filosofi penciptaan yang mampu mempengaruhi para pembaca. Oleh karena itu, sastra dan pelajar dapat diibaratkan sebagai pahlawan dengan taktik gerilyanya sendiri.

[FILE]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar