Nama : Irma
Dwi Listiarni
Kelas : X
MIPA 1
W.R. Supratman
Dari
lereng bukit Menoreh
Di
Kedu Selatan, engkau pecahkan sepi
Lewat
tangis selirih rindu
Yang
kirimkan ramalan bagi Nusa
Dengan
getar nyanyian rindu
Lalu
Kau tumbuh melampaui musim
Menuju
sebuah kota, pusat keramaian Pulau Jawa
Diiringi
haru kerabat yang menempias
Di
dinding rumah, juga pekarangan
Tempat
bermain yang tak sampai tanak
Mengasuh
keriaanmu di relung belia
Kau
serap nada-nada yang menguar
Dari
degup dan golak gelora para teruna
Yang
mengidam udara kebebasan
Merdeka
mengubah irama dan jalan
Bergerak
ke depan, amanah murni kemanusiaan
Nama : Nevia
Divara Putri Firdaus
Kelas : X
MIPA 2
W.R. Supratman
W.R. Supratman
Kaulah pahlwanku
Kau buat negara dan kota tercintamu bangga
Kau hasilkan nada yang indah
Lewat goresan tintamu
W.R. Supratman
Kau sangat berjasa
Kau ciptakan lagu Indonesia Raya
Lagu kebangsaan negeri pusaka
W.R. Supratman
Barisan syairmu menggema
Di bumi nusantara
Kau kabarkan berita gembira
Indonesia merdeka
Nama : Desetya Wayan P.
Kelas : X
MIPA 3
Wage Rudolf Soepratman
Wage Rudolf Soepratman
Pria tinggi rupawan
Bukan Bangsawan
Namun semangat militant
Bukan dengan senjata
Namun dengan karya dan
semangat ksatria
Ksatria desa
Dengan sejuta rasa
untuk merdeka
Dari jemarinya
Indonesia Raya sampai telinga
Hati dan biolanya
menciptakan cinta
Menuai air mata di mana
mana
Air mata semangat
merdeka
Namun semua tak seindah
karangan
Dibui, diasingkan,
kejar – kejaran semua ia rasakan
Belum sempat menikmati
indahnya kemerdekaan
Ia sudah berpulang,
mungkin Tuhan lebih sayang
Nama : Anggita
Yunia N
Kelas : X
MIPA 4
Alunan Biola Kemerdekaan
Siapakah dia
Lelaki tampan berwibawa
Tinggi gagah berkarisma
Semesta hadirkannya tuk
tanah pusaka
Wage Rudolf Supratman
Sang penghadir nada kemerdekaan
Dawai yang saling
bersentuhan
Menciptakan cinta
menggebur jagad raya
Tanah yang sakti
Tanah yang berseri
Alunan biola menggelegar
teriringi
Menggema damai abadi
Sorak sorai lautan manusia
Tetes air mata sembari
berteriak merdeka
Dalam benak lautan
manusia
Cinta semakin mekar
laksana puspa bangsa
Kini semesta
memanggilnya ke Rahmatullah
Tempatnya kini di
Marwah
Yang berasal dari tanah
Akan menjelma menjadi
tanah
Pena sejarah kan tetap
menyala
Indonesia Raya, abadi
selamanya
Nama : Camelia
Puspita Firdausy
Kelas : X
MIPA 5
Wage Rudolf Supratman
Wage Rudolf Supratman
Kata orang engkau pahlawan
Tapi bagiku,
Engkau lebih dari itu
Bung Wage Rudolf Supratman,
Wajahmu rupawan
Otakmu juga brilian
Pantas saja aku tertawan
Hai bung!
Aku bangga padamu
Saat ku ditanya
Dimana kau dilahirkan?
Kujawab, Purworejo
Sama seperti W. R. Supratman, lho
Bung,
Indah sekali musikmu
Sederhana
Tapi sangat bermakna
Rangkaian kata
Yang sungguh mempesona
Bung,
Kutahu aku tak pernah melihatmu
Tapi aku juga tahu
Hatiku sudah terbuai alunanmu
Terimakasih, Bung!
Atas sebuah karya mahalmu
Mungkin hanya sebuah lagu
Tapi ketahuilah, itu lebih dari apapun
Sebuah lagu yang menghangatkan
Sebuah lagu yang memersatukan
Sebuah lagu yang memerdekakan
Kata orang engkau pahlawan
Tapi bagiku,
Engkau lebih dari itu
Bung Wage Rudolf Supratman,
Wajahmu rupawan
Otakmu juga brilian
Pantas saja aku tertawan
Hai bung!
Aku bangga padamu
Saat ku ditanya
Dimana kau dilahirkan?
Kujawab, Purworejo
Sama seperti W. R. Supratman, lho
Bung,
Indah sekali musikmu
Sederhana
Tapi sangat bermakna
Rangkaian kata
Yang sungguh mempesona
Bung,
Kutahu aku tak pernah melihatmu
Tapi aku juga tahu
Hatiku sudah terbuai alunanmu
Terimakasih, Bung!
Atas sebuah karya mahalmu
Mungkin hanya sebuah lagu
Tapi ketahuilah, itu lebih dari apapun
Sebuah lagu yang menghangatkan
Sebuah lagu yang memersatukan
Sebuah lagu yang memerdekakan
Nama : Fauzan
‘Adzima Al Azhar
Kelas : X
MIPA 6
Gejolak
dalam Gelora
Dari lereng bukit di
Utara Kaligesing,
Engkau pecahkan sepi
lewat tangis,
Kau kirimkan ramalan
bagi nusa dengan simfoni nyanyian rindu
Lalu kau tumbuh besar
secepat musim berganti,
Lalu kau pergi
meninggalkan sang mata hati
Diiringi haru kami yang
menghantarmu pergi,
Rumah pun serasa akan
roboh, kehilangan salah satu sosok penyangganya,
Namun kami tahu, sudah
seharusnya kami rela demi kebaikan dirimu,
Kau serap nada-nada
yang menguar dari degup dan gelak gelora para taruna,
Yang mengidam-idamkan
udara kebebasan di tanah sendiri,
Tanah tumpah darah yang
mereka sayangi,
Demi sebuah angin
kemerdekaan mereka korbankan jiwa dan raga mereka,
Derap langkah mereka
terdengar gagah, laksana pasukan gajah mada,
Berada di garda
terdepan, menjadi tembok pertama yang dihantam penjajah
Supratman, Sanubari
dusun dari pedalaman Purworejo,
Engkau kelana
cangkulmu,
Biola menggemburkan
kekerasan hati di dada,
Menyibak suasana yang
pengap oleh mendung yang menerpa dari arah utara,
Supratman, lagu yang
lahir dari hati nuranimu,
Mengalirkan seluruh
cinta dan bakti,
Mengantarkan negeri
kepada gerbang kebahagiaan,
Setelah perjalanan
Panjang,
Meniti keluhuran
sejarah, membangun anggunnya peradaban.
Oh, Supratman namamu
kan slalu terkenang dalam jiwa Indonesia Raya.
Nama :
Raihana Dzakiyatunisa
Kelas : X
MIPA 7
GELORA API JIWA
Tujuh puluh tiga
tahun...
Kau ukir sejarah
Wujudkan api
kemerdekaan
Taklukkan penjajah
dunia
Demi ibu Pertiwi
Waktu demi waktu telah
berlalu
Selarik kisah
T'lah menjadi sejarah
Paradoks di masa lampau
Tentara Pelajar Kedu
Selatan
Gema Proklamasi bertalu
Belanda tak jua henti
jajah negara kita
Semangat bergelora
Api-api dalam jiwa
membara
Kukuhkan Proklamasi
Indonesia
Perang yang bergerilya
Gugurkan pasukan
Habis dimakan api
Darah tumpah di tanah
Pertiwi
Membekas di hati
Berbekal jiwa ’45
Jiwa merdeka
Tak gentar...
Tangguhkan hati
Itulah Tentara Pelajar
Nama:
Fatimah Cahyaningtyas
Kelas : X MIPA 8
PAHLAWAN
Menjulang tinggi semangatmu
Penuhi ubun-ubun harapan
negeriku
Cinta pada tanah air
terdengar dari sorakmu
Gema keadilan terlihat dari
sorot matamu
rela berkorban terpancar dari
usahamu
Kau angkat senjatamu ke medan
perang
dengan jiwa patriot kau
menerjang semua penghalang
Selincah mata pedang setajam
mata elang
berjuang melindungi tanah air
yang kau sayang
mengantarkan negeri menuju
hari esok yang benderang
Seolah seluruh alam berbisik
berikan semangat
Menyusun tekad untuk menjadi
lebih kuat
Hapuskan elegi ketidakadilan
yang melekat
serta penjajahan keji yang
berat
Di bawah naungan dan kuasa
Tuhan Yang Maha Kuat
Pahlawanku,
Sungguh mulia hatimu
Aku akan selalu mengikuti
jejakmu
mempertahankan kemerdekaan
ini dengan usahaku
dan mengerahkan segenap
kemampuanku
Pahlawanku,
Namamu akan selalu terukir
dalam kalbu
atas segala usaha dan kerja
kerasmu
dan segenap kemurnian hatimu
serta seluruh jasamu
Nama : Dimas
Fadil Widigdo
Kelas : X IIS
1
Kau sulit untuk sebuah
makna....
Tapi, kehadiranmu sungguh
berharga...
Perjuangan mu tak
sebatas kata ''sejahtera''...
Namun dengan rasa cinta
negara...
Rela meninggalkan
keluarga....
Hanya demi kata
"merdeka"...
Trimakasih atas
jasamu...
Namamu tak terkikis
oleh waktu...
Walau dunia semakin
membatu....
Semakin keras seiring
dengan waktu...
Terima kasih pahlawan
ku...
Atas jasamu...
Nama : Tia
Amalia
Kelas : X IIS
2
W.R.
SUPRATMAN
Dari puncak gunung yang tinggi
Dan dalamnya lautan, Engkau pecahkan suasana
sepi
Lewat lantunan silih rindu
Mengirimkan telahan untuk bangsa
Dengan getar syair sendu
Kau mengarungi berbagai rintangan
Menuju sebuah kota, di pusat keramaian Jawa
Diiringi peluh, di dampingi tangis
Demi usahamu berbuah manis
Semuanya kau terima dengan lapang dada
Selebihnya, syair juangmu tersirat padu
Namun, saat pemuda bersumpah seru
Pertama kali Indonesia Raya bersenandung lagu
Agar kelak Nusantara persis seperti itu.
WR Supratman……..
Dari pedalaman Purworejo, engkau berkelana
Membawa biola, yang menyebarkan dunia
Mengiringi lagu Indonesia Raya dengan selaras
Kembali menumbuhkan persatuan bangsa
Nama : Silvia
Yunita Rachmawati
Kelas : X IBB
Jangan Jadi Anarkis Karena Apatis
Malam
ini purnama
Izinkan
aku menceritakan sebuah nama
Ketika
pulang dia menjadi ternama
Eksistensi
diksi kelana
Pernah
ku lihat
Tajam
nya gerinda pemahat
Berdiri
tegak di tangan para penjahat
Menusuk
nadi hingga ke liang lahat
Terseret
kau bung
Membuat
dirimu terpasung
Dengan
gerilya kawanmu ikut mengacung
Meski
lantas harus ikut terpancung
Tetes,
darah
Menggigil
aku melihat
Suara-suara
pekikan halus sarat makna
Teredam
oleh meriam sarkas
Terdengar
lara
Eksistensi
kelana
Ketika
ibu pertiwi telah menangis
Menangis
untuk pertama kali
Untuk
negeri ini
Negeri
pusaka terdamba abadi
Sakit
Namun
kau tetap terus menghilir
Menghalau
tangan-tangan anarki
Pasukan
yang terus berhierarki
Mengejar
merdeka untuk di bawa ke hulu
Puan-puan
kecil berlari
Melintas
keliling bersenjata
Mereka
masih sekolah, kawan
Tentang
mereka yang harus bergelar tentara
Kawan
Negeri
ini kaya
Pusaka
masih terjaga
Jangan
jadi pelana
Lagi
seperti dulu kala
Tidak
peduli juang tahun lama
Merdeka
perlu bersama-sama kita
Terus,
terus bersama
Tanpa
apatis nya ego yang berkala.
Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar