SASTRAWAN SEBAGAI PEJUANG KEBANGKITAN NEGERI YANG
DIREFLEKSIKAN PADA ERA PEMUDA MASA KINI
Diajukan untuk Mengikuti Lomba Esai
dalam Rangka Bulan Bahasa
SMA
Negeri 1 Purworejo Tahun 2018
Oleh :
Siti Mudrikah
19704
XI MIPA 7
SMA NEGERI 1 PURWOREJO
2018
Sastrawan sebagai Pejuang
Kebangkitan Negeri yang Direfleksikan pada Era Pemuda Masa Kini
Pandangan
beberapa orang yang diklaim menjadi mayoritas menganggap bahwa pahlawan adalah
dia yang rela berjuang dengan bertempur di peperangan yang berdiplomasi hingga
mati atau hampir mati di hadapan negara lain. Padahal pada hakikatnya seorang
pahlawan merupakan seorang pejuang yang berjuang dan rela berkorban untuk
masyarakat atau bangsanya dalam berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia, yang
mana tidak selalu mereka yang sudah terbukti jelas ikut beradu fisik dalam
pertempuran. Mereka yang berani memperjuangkan kebenaran, berani berkorban
untuk orang lain dan untuk bangsanya, dapat disebut sebagai pahlawan. Guru,
dokter, relawan, bahkan petani, mereka adalah pahlawan. Dalam hal ini sastrawan
pun dapat disebut sebagai seorang pahlawan. Sastrawan sebagai pahlawan memiliki
peran cukup penting untuk masyarakat dan bangsanya.
1.
Sastrawan
sebagai pahlawan bagi masyarakat dan bangsa.
Sastrawan
dapat dikatakan pahlawan apabila karya-karyanya mampu menjadi tongkat estafet
tegaknya pembangunan. Indonesia memiliki karya-karya tulis para pendekar bangsa
yang mempunyai nilai seni sastra yang tinggi sebagaimana dapat kita telusuri
dari sejarah waktu para pahlawan bangsa ini berjuang mewujudkan Indonesia
merdeka dan melepaskan bangsa dari belenggu pembodohan, pemiskinan, dan
penghinaan oleh kekuasaan kolonial Belanda. Beliau-beliau itu menghasilkan
karya-karya tulis yang tidak terhingga nilainya baik dari segi sastra dan
bahasanya maupun dari segi kenegaraan karena pada intinya, tulisan-tulisan
tersebut mengedepankan pembentukan suatu "moral state" atau Negara
bermoral tinggi (Hasibuan, 2005) .
Tongkat
estafet pembangunan bangsa dapat diartikan bahwa karya tulis satrawan
seharusnya mampu mengadakan perubahan yang positif bagi generasi mendatang.
Banyak sastrawan Indonesia yang juga merupakan pahlawan. Buya Hamka, Haji Abdul
Malik Karim Amrullah, merupakan seorang sastrawan penulis novel berjudul “Di
Bawah Lindungan Ka’bah” dan “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk”. Beliau juga ikut
berjuang dalam menentang kolonialisme Belanda. Ada juga Abdul Muis yang
merupakan seorang wartawan sekaligus sastrawan. Karyanya yang dianggap sebagai
salah satu karya sastra terbaik Indonesia berjudul “Salah Asuhan”. Selain itu,
ada Muhammad Yamin yang merupakan pelopor Sumpah Pemuda. Beliau juga seorang
sastrawan. Salah satu puisi karyanya berjudul “Tanah Air”.
Masih
banyak sastrawan lainnya yang turut berperan dalam perjuangan kebangkitan
Indonesia. Sastrawan menjadi pahlawan melalui karya tulisnya. Beberapa karya
tulis tersebut bahkan banyak yang memuat kritik terhadap pemerintah, wawasan
atau ilmu, maupun sejarah yang dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Seperti
pada karya Pramoedya Ananta Toer, dalam novel “Bumi Manusia” misalnya,
diceritakan kehidupan pada zaman kolonialisme di Jawa. Chairil Anwar pun turut
mengobarkan semangat merebut kemerdekaan pada puisinya yang berjudul
“Diponegoro”.
“...
MAJU
Bagimu Negeri.
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru
tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang”
Pada
kutipan puisi karya Chairil Anwar tersebut jelas bahwa Chairil Anwar
mengobarkan semangat juang untuk kebangkitan negeri, menentang penjajahan.
Puisinya memberikan semangat dan dorongan bagi para pejuang kemerdekaan kala
itu. Melalui puisinya, Chairil Anwar
berjuang. Puisi-puisi Chairil Anwar telah banyak menginspirasi bagi perjuangan
memperebutkan kemerdekaan Indonesia. Kutipan sajak di atas adalah salah
satunya, yang mana puisi tersebut sangat khas mengenai perjuangan menentang
para penjajah pada masa itu.
2.
Pentingnya
sastrawan dalam membangun peradaban bangsa.
Sastrawan
melalui karya tulisnya baik secara langsung maupun tidak langsung telah
mewariskan kearifan lokal kepada generasi berikutnya. Dilansir dari media
berita Kompas.com, Martin Aleida,
sastrawan yang produktif menulis cerpen dan buku, pada 23 Maret 2011 mengatakan
bahwa peran sastra membangun peradaban bangsa sangat penting. Melalui karya sastra,
seseorang tidak hanya mengembangkan imajinasi yang bisa digunakan untuk
membangun bangsa, tetapi juga sebagai media untuk mewariskan nilai kearifan
lokal kepada generasi muda. Kearifan lokal inilah yang membentuk jati diri
bangsa Indonesia .
Para
sastrawan dengan sengaja maupun tidak sengaja telah mematrikan suatu kebudayaan
dengan tulisannya. Jadi, di dalam tulisannya tersebut, para sastrawan telah
secara tidak langsung mendokumentasikan kebudayaan yang ada pada masa itu, yang
mana melalui tulisan tentu lebih permanen daripada kebudayaan itu sendiri.
Generasi muda tetap dapat mempunyai kesempatan untuk memperoleh pengetahuan
mengenai suatu kebudayaan generasi sebelumnya, salah satunya melalui tulisan
para sastrawan, meskipun kebudayaan generasi sebelumnya telah berkembang atau
bahkan dihilangkan menjadi kebudayaan masa sekarang.
Selanjutnya,
dengan adanya karya tulis para sastrawan dapat memunculkan rasa penasaran
generasi muda terkait sejarah, kebudayaan, cerita, atau berita yang telah
terjadi di masa lampau jauh sebelum generisi muda itu ada di dunia. Munculnya
rasa penasaran tesebut tentu akan turut mendatangkan semangat dalam diri
generasi muda untuk mau membaca. Hal ini tentunya dapat menanamkan budaya
literasi bagi generasi muda.
Melalui
gerakan literasi tersebut ilmu dan wawasan mengenai sejarah, kebudayaan,
cerita, atau berita terdahulu yang sastrawan tuliskan, akan tersalurkan kepada
generasi muda sehingga generasi muda mejadi generasi yang mengetahui
seluk-beluk kehidupan sebelum mereka, yang mana diharapkan generasi muda mampu
menjadikan kehidupan sebelum mereka sebagai pelajaran untuk kehidupan yang
lebih baik di masa mendatang.
Dengan
demikian, sastrawan tentu berperan penting dalam membangun peradaban bangsa
untuk menjadi lebih baik.
3.
Refleksi
perjuangan sastrawan pada pemuda masa kini.
Sastrawan
ternyata berperan penting dalam membangun peradaban bangsa. Oleh karena itu,
sastrawan pantas untuk disebut sebagai pahlawan. Mereka berjuang melalui
karya-karya tulis mereka demi kemajuan dan kebangkitan bangsa. Perjuangan
sastrawan ini sudah selayaknya untuk mendapat apresiasi oleh seluruh kalangan,
terutama dari generasi muda. Apresiasi berasal dari apreciatio (Latin) yang berarti mengindahkan atau menghargai.
Sementara itu, Effendi seperti dikutip Aminuddin (1997) mendefinisikan
apresiasi sastra sebagai kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh
sehingga menimbulkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan
kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Apresiasi sastra dapat
tumbuh dengan baik bila pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan karya
sastra dengan suka membaca karya sastra, bukan sekedar suka membaca berita yang
seru-seru mengenai sastrawan di media massa (Aminuddin,1997; Damono,1998).
Setelah
adanya apresiasi sastra, generasi muda hendaklah meneladani semangat dan moral
para sastrawan dalam upaya membangun peradaban bangsa melalui karya-karyanya.
Terakhir, generasi muda juga dapat ikut berkarya. Berkarya di sini tidak mutlak
dalam bidang sastra. Generasi muda dapat berkarya untuk negeri sesuai dengan
kemampuan atau bidangnya masing-masing. Sehingga dengan melimpahnya karya-karya
yang ditorehkan oleh generasi muda Indonesia akan semakin memperkaya bangsa
Indonesia. Hal ini tentu akan berdampak pada kemajuan peradaban bangsa
Indonesia sendiri.
Terlepas dari kuantitas karya tulis yang dihasilkan oleh
para sastrawan, mereka tetap pantas mendapat julukan pahlawan dari masyarakat.
Sastrawan melalui karya-karyanya turut berjuang untuk bangsa Indonesia yang
lebih baik lagi. Penghargaan dan apresiasi sepatutnya tercurah untuk mereka
sebagai salah satu pahlawan negeri ini.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriana Puspita Dewi, Aji Setyanto, dan Retno Dewi
Ambarastuti. (2015). BENTUK PROPAGANDA JEPANG DI BIDANG SASTRA PADA MAJALAH
DJAWA BAROE SEMASA KEPENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA 1942-1945. JIA, Vol. 2
No. 1 , 41-59.
Hasibuan, S. R.
(2005). PERAN SASTRA DAN BAHASA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA WACANA DAN
TRANSFORMASI BUDAYA. Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005 , 1.
Rismawati, M. P.
(2017). PERKEMBANGAN SEJARAH SASTRA INDONESIA. Banda Aceh: Bina Karya
Akademika.
Wiyatmi dan Kastam
Syamsi. (2002). PENINGKATAN APRESIASI SASTRA SISWA SLTP DENGAN PENDEKATAN
RESEPSI SASTRA. Cakrawala Pendidikan Th. XXI, No. 1 , 60-61.
Kompas.com. 2011. Sastra Penting Bagi
Peradaban Bangsa
Diakses pada 27
September 2018
[FILE]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar