Jumat, 05 Oktober 2018

SASTRAWAN SEBAGAI PEJUANG KEBANGKITAN NEGERI YANG DIREFLEKSIKAN PADA ERA PEMUDA MASA KINI

SASTRAWAN SEBAGAI PEJUANG KEBANGKITAN NEGERI YANG DIREFLEKSIKAN PADA ERA PEMUDA MASA KINI

Diajukan untuk Mengikuti Lomba Esai dalam Rangka Bulan Bahasa
SMA Negeri 1 Purworejo Tahun 2018



Oleh :

Siti Mudrikah
19704
XI MIPA 7


SMA NEGERI 1 PURWOREJO
2018
Sastrawan sebagai Pejuang Kebangkitan Negeri yang Direfleksikan pada Era Pemuda Masa Kini

Pandangan beberapa orang yang diklaim menjadi mayoritas menganggap bahwa pahlawan adalah dia yang rela berjuang dengan bertempur di peperangan yang berdiplomasi hingga mati atau hampir mati di hadapan negara lain. Padahal pada hakikatnya seorang pahlawan merupakan seorang pejuang yang berjuang dan rela berkorban untuk masyarakat atau bangsanya dalam berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia, yang mana tidak selalu mereka yang sudah terbukti jelas ikut beradu fisik dalam pertempuran. Mereka yang berani memperjuangkan kebenaran, berani berkorban untuk orang lain dan untuk bangsanya, dapat disebut sebagai pahlawan. Guru, dokter, relawan, bahkan petani, mereka adalah pahlawan. Dalam hal ini sastrawan pun dapat disebut sebagai seorang pahlawan. Sastrawan sebagai pahlawan memiliki peran cukup penting untuk masyarakat dan bangsanya.
1.     Sastrawan sebagai pahlawan bagi masyarakat dan bangsa.
Sastrawan dapat dikatakan pahlawan apabila karya-karyanya mampu menjadi tongkat estafet tegaknya pembangunan. Indonesia memiliki karya-karya tulis para pendekar bangsa yang mempunyai nilai seni sastra yang tinggi sebagaimana dapat kita telusuri dari sejarah waktu para pahlawan bangsa ini berjuang mewujudkan Indonesia merdeka dan melepaskan bangsa dari belenggu pembodohan, pemiskinan, dan penghinaan oleh kekuasaan kolonial Belanda. Beliau-beliau itu menghasilkan karya-karya tulis yang tidak terhingga nilainya baik dari segi sastra dan bahasanya maupun dari segi kenegaraan karena pada intinya, tulisan-tulisan tersebut mengedepankan pembentukan suatu "moral state" atau Negara bermoral tinggi (Hasibuan, 2005).
Tongkat estafet pembangunan bangsa dapat diartikan bahwa karya tulis satrawan seharusnya mampu mengadakan perubahan yang positif bagi generasi mendatang. Banyak sastrawan Indonesia yang juga merupakan pahlawan. Buya Hamka, Haji Abdul Malik Karim Amrullah, merupakan seorang sastrawan penulis novel berjudul “Di Bawah Lindungan Ka’bah” dan “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk”. Beliau juga ikut berjuang dalam menentang kolonialisme Belanda. Ada juga Abdul Muis yang merupakan seorang wartawan sekaligus sastrawan. Karyanya yang dianggap sebagai salah satu karya sastra terbaik Indonesia berjudul “Salah Asuhan”. Selain itu, ada Muhammad Yamin yang merupakan pelopor Sumpah Pemuda. Beliau juga seorang sastrawan. Salah satu puisi karyanya berjudul “Tanah Air”.
Masih banyak sastrawan lainnya yang turut berperan dalam perjuangan kebangkitan Indonesia. Sastrawan menjadi pahlawan melalui karya tulisnya. Beberapa karya tulis tersebut bahkan banyak yang memuat kritik terhadap pemerintah, wawasan atau ilmu, maupun sejarah yang dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Seperti pada karya Pramoedya Ananta Toer, dalam novel “Bumi Manusia” misalnya, diceritakan kehidupan pada zaman kolonialisme di Jawa. Chairil Anwar pun turut mengobarkan semangat merebut kemerdekaan pada puisinya yang berjudul “Diponegoro”.
“...
MAJU
Bagimu Negeri.
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang”

Pada kutipan puisi karya Chairil Anwar tersebut jelas bahwa Chairil Anwar mengobarkan semangat juang untuk kebangkitan negeri, menentang penjajahan. Puisinya memberikan semangat dan dorongan bagi para pejuang kemerdekaan kala itu.  Melalui puisinya, Chairil Anwar berjuang. Puisi-puisi Chairil Anwar telah banyak menginspirasi bagi perjuangan memperebutkan kemerdekaan Indonesia. Kutipan sajak di atas adalah salah satunya, yang mana puisi tersebut sangat khas mengenai perjuangan menentang para penjajah pada masa itu.
2.     Pentingnya sastrawan dalam membangun peradaban bangsa.
Sastrawan melalui karya tulisnya baik secara langsung maupun tidak langsung telah mewariskan kearifan lokal kepada generasi berikutnya. Dilansir dari media berita Kompas.com, Martin Aleida, sastrawan yang produktif menulis cerpen dan buku, pada 23 Maret 2011 mengatakan bahwa peran sastra membangun peradaban bangsa sangat penting. Melalui karya sastra, seseorang tidak hanya mengembangkan imajinasi yang bisa digunakan untuk membangun bangsa, tetapi juga sebagai media untuk mewariskan nilai kearifan lokal kepada generasi muda. Kearifan lokal inilah yang membentuk jati diri bangsa Indonesia .
Para sastrawan dengan sengaja maupun tidak sengaja telah mematrikan suatu kebudayaan dengan tulisannya. Jadi, di dalam tulisannya tersebut, para sastrawan telah secara tidak langsung mendokumentasikan kebudayaan yang ada pada masa itu, yang mana melalui tulisan tentu lebih permanen daripada kebudayaan itu sendiri. Generasi muda tetap dapat mempunyai kesempatan untuk memperoleh pengetahuan mengenai suatu kebudayaan generasi sebelumnya, salah satunya melalui tulisan para sastrawan, meskipun kebudayaan generasi sebelumnya telah berkembang atau bahkan dihilangkan menjadi kebudayaan masa sekarang.
Selanjutnya, dengan adanya karya tulis para sastrawan dapat memunculkan rasa penasaran generasi muda terkait sejarah, kebudayaan, cerita, atau berita yang telah terjadi di masa lampau jauh sebelum generisi muda itu ada di dunia. Munculnya rasa penasaran tesebut tentu akan turut mendatangkan semangat dalam diri generasi muda untuk mau membaca. Hal ini tentunya dapat menanamkan budaya literasi bagi generasi muda.
Melalui gerakan literasi tersebut ilmu dan wawasan mengenai sejarah, kebudayaan, cerita, atau berita terdahulu yang sastrawan tuliskan, akan tersalurkan kepada generasi muda sehingga generasi muda mejadi generasi yang mengetahui seluk-beluk kehidupan sebelum mereka, yang mana diharapkan generasi muda mampu menjadikan kehidupan sebelum mereka sebagai pelajaran untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
Dengan demikian, sastrawan tentu berperan penting dalam membangun peradaban bangsa untuk menjadi lebih baik.
3.     Refleksi perjuangan sastrawan pada pemuda masa kini.
Sastrawan ternyata berperan penting dalam membangun peradaban bangsa. Oleh karena itu, sastrawan pantas untuk disebut sebagai pahlawan. Mereka berjuang melalui karya-karya tulis mereka demi kemajuan dan kebangkitan bangsa. Perjuangan sastrawan ini sudah selayaknya untuk mendapat apresiasi oleh seluruh kalangan, terutama dari generasi muda. Apresiasi berasal dari apreciatio (Latin) yang berarti mengindahkan atau menghargai. Sementara itu, Effendi seperti dikutip Aminuddin (1997) mendefinisikan apresiasi sastra sebagai kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menimbulkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Apresiasi sastra dapat tumbuh dengan baik bila pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan karya sastra dengan suka membaca karya sastra, bukan sekedar suka membaca berita yang seru-seru mengenai sastrawan di media massa (Aminuddin,1997; Damono,1998).
Setelah adanya apresiasi sastra, generasi muda hendaklah meneladani semangat dan moral para sastrawan dalam upaya membangun peradaban bangsa melalui karya-karyanya. Terakhir, generasi muda juga dapat ikut berkarya. Berkarya di sini tidak mutlak dalam bidang sastra. Generasi muda dapat berkarya untuk negeri sesuai dengan kemampuan atau bidangnya masing-masing. Sehingga dengan melimpahnya karya-karya yang ditorehkan oleh generasi muda Indonesia akan semakin memperkaya bangsa Indonesia. Hal ini tentu akan berdampak pada kemajuan peradaban bangsa Indonesia sendiri.
            Terlepas dari kuantitas karya tulis yang dihasilkan oleh para sastrawan, mereka tetap pantas mendapat julukan pahlawan dari masyarakat. Sastrawan melalui karya-karyanya turut berjuang untuk bangsa Indonesia yang lebih baik lagi. Penghargaan dan apresiasi sepatutnya tercurah untuk mereka sebagai salah satu pahlawan negeri ini.





















DAFTAR PUSTAKA

 

Fitriana Puspita Dewi, Aji Setyanto, dan Retno Dewi Ambarastuti. (2015). BENTUK PROPAGANDA JEPANG DI BIDANG SASTRA PADA MAJALAH DJAWA BAROE SEMASA KEPENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA 1942-1945. JIA, Vol. 2 No. 1 , 41-59.
Hasibuan, S. R. (2005). PERAN SASTRA DAN BAHASA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA WACANA DAN TRANSFORMASI BUDAYA. Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005 , 1.
Rismawati, M. P. (2017). PERKEMBANGAN SEJARAH SASTRA INDONESIA. Banda Aceh: Bina Karya Akademika.
Wiyatmi dan Kastam Syamsi. (2002). PENINGKATAN APRESIASI SASTRA SISWA SLTP DENGAN PENDEKATAN RESEPSI SASTRA. Cakrawala Pendidikan Th. XXI, No. 1 , 60-61.


Kompas.com. 2011. Sastra Penting Bagi Peradaban Bangsa
Diakses pada 27 September 2018


[FILE]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar