Jumat, 05 Oktober 2018

Bahasa dan Budaya sebagai Modal Persatuan Bangsa


Indonesia dibangun dengan semangat persatuan yang tertuang dalam sebuah sumpah yang kemudian dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Tepatnya, pada 28 Oktober 1928, pemuda seantero Nusantara melalui perwakilannya telah menyetujui sebuah ikrar persatuan yang menjadi dasar bagi kebangkitan bangsa ini. Ikrar suci ini mengakhiri masa-masa perjuangan yang bersifat keaderahan. Kini lambat laun nilai-nilai suci didalamnya ternodai oleh oknum-oknum yang dalam jiwanya tidak ada yang namanya nasionalisme.

Kita semua tahu bahwa Indonesia ini sangat beragam. Masing-masing pulau memiliki kekhasan suku, bahasa, dan budayanya sendiri-sendiri yang kemudian bersatu dalam semangat keberagaman dan persatuan. Menurut sebagian orang ini semua merupakan rahmat. Nah, untuk sebagian yang lain keberagaman ini justru memunculkan bibit-bibit disintegrasi. Disintegrasi yang akhir-akhir ini ramai terjadi menandakan lunturnya semangat keberagaman dan persatuan dalam diri bangsa. Kebencian yang ditaburi bumbu-bumbu provokasi menjadi semakin merebak. Mulai timbul pertanyaan. Dimana nasionalisme kita sebagai bangsa Indoensia?

“Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indoensia.” Begitu kiranya esensi dari bahasa Indonesia yang tertuang dalam Sumpah Pemuda. Indonesia dengan ribuan bahasa daerahnya disatukan dalam bahasa nasional, bahasa Indonesia. Bayangkan saja jika kita ingin berbicara dengan orang dari daerah lain yang bahasa sehari-harinya berbeda dengan kita? Tentu akan sulit. Disinilah bahasa Indoensia muncul sebagai alat pemersatu bagsa dalam keberagaman yang ada.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional disini tentunya harus digunakan dengan baik dan benar. Orang yang pandai berbahasa tentu tidak bisa disamakan dengan orang yang hanya bisa berbicara tanpa tahu apa yang ia bicarakan. Persepsi orang akan berbeda-beda dari apa yang kita ucapkan. Jangan sampai karena kita salah dalam meyampaikan sesuatu justru membuat orang lain tersinggung. Baik-baik saja jika orang itu bisa memahami kita. Lah jika orang itu tidak punya toleransi? Semuanya bisa menjadi kacau.

Berbicara keberagaman. Ada satu lagi yaitu budaya Indonesia. Tidak akan ada habisnya jika berbicara tentang budaya yang kita miliki. Unsur-unsur budaya yang kita miliki itu unik. Keuniakan inilah yag menjadi modal persatuan kita. Masing-masing dari kita harus memiliki rasa mempunyai terhadap keberagaman dan keuikan itu. Jika rasa ini telah muncul, dapat dipastikan tidak akan ada kekhawatiran akan terjadinya disintegrasi bangsa. Persatuan akan senantiasa terbina. Begitu pembangunan nasional pun akan dapat berjalan memenuhi kebutuhan rakyat. Bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar dan terhormat.

Dari kesemuanya, marilah kita mulai dari sekarang untuk menata bahasa yang kita gunakan sehari-hari agar tidak mucul perselisilah diantara sesama bangsa Indonesia. Selain itu, kita harus punya rasa memiliki bukan hanya daerah kita begitu juga dengan daerah lainnya. Ayo kita mengenal lebih dalam tentang Indonesia.



Penulis : Widya Anugrah

XI MIPA 8


Tidak ada komentar:

Posting Komentar