Jumat, 05 Oktober 2018

Bahasa, Budaya, dan Bhineka Tunggal Ika


Indonesia merupakan negara yang memilki keragaman suku, agama, dan ras. Keragaman tersebut dapat disatukan dengan bahasa dan budaya. Menurut KBBI, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri, sedangkan budaya menurut KBBI adalah pikiran, akal budi, hasil, adat istiadat. Bahasa dan budaya selain menjadi jati diri suatu bangsa juga dapat menjadi alat pemersatu keberagaman yang dimilikinya.

Bangsa Indonesia memiliki ratusan bahasa daerah dengan jumlah sekitar 655 bahasa. Dengan keberagaman bahasa daerah tersebut akan menyulitkan masyarakat dari suatu daerah yang ingin berkomunikasi dengan masyarakat di daerah lain sehingga tercetuslah gagasan untuk melahirkan bahasa persatuan, bahasa yang dapat digunakan oleh masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Gagasan tersebut diwujudkan dalam Kongres Soempah Pemoeda atau Kongres Pemoeda Pemoedi Indonesia pada 28 Oktober 1928. Dalam naskah Soempah Pemoeda pada keputusan kedua disampaikan bahwa “Kami poetra dan poetri Indonesia menjoenjoeng bahasa persatoean bahasa Indonesia”, keputusan tersebut menandai lahirnya bahasa persatuan yang dapat digunakan oleh masyarakat seluruh Indonesia. Setelah kongres tersebut diadakan, bahasa Indonesia mulai digunakan oleh masyarakat dalam kondisi resmi maupun tidak resmi. Kesulitan dalam berkomunikasi yang dialami masyarakat mulai teratasi dengan penggunaan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia berhasil menyatukan keberagaman bahasa daerah dan kemudian menjadi bahasa nasional setelah ditetapkan dalam Pasal 36 UUD 1945.

Selain keragaman bahasa, kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia juga sangat beragam mulai dari tari daerah, alat musik, lagu daerah, tradisi, dsb. Kebudayaan tersebut berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Meskipun kebudayaan masing-masing daerah berbeda tetapi dapat menjadi pemersatu bangsa Indonesia. Sebagai contoh pada pembukaan Asian Games 2018 persembahan tari Ratoh Jaroe dengan jumlah penari sekitar 1600 orang yang berasal dari DKI Jakarta. Meskipun tidak membawakan tarian dari daerah asalnya para penari tetap memberi penampilan terbaik tanpa mempermasalahkan darimana tari Ratoh Jaroe berasal. Contoh lainnya adalah penampilan tim pertukaran pelajar dari Indonesia yang menyuguhkan kolaborasi kebudayaan dari berbagai daerah di Indonesia. Tim pertukaran pelajar beranggotakan pelajar dari seluruh daerah di Indonesia, meskipun berasal dari daerah, suku, maupun agama yang berbeda mereka dapat bersatu menampilkan sebuah tarian dengan dasar kebudayaan. Kedua contoh tersebut menggambarkan bahwa budaya dapat mempererat persatuan bangsa Indonesia yang merupakan negara multikulturalisme.

Bahasa dan budaya merupakan jati diri bangsa dan dapat menjadi alat pemersatu keberagaman. Meskipun memiliki latar belakang suku, agama, dan ras yang berbeda kita tidak boleh menjadikannya sebagai alasan untuk berselisih yang mengarah pada disintegrasi (perpecahan) justru keragaman tersebut harus dijadikan  sebagai perekat persatuan bangsa. “Satu bahasa, satu bangsa, kita Indonesia, Bhineka Tunggal Ika”.

Penulis            :  Maharani Wijayanti 

X MIPA 1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar