Sabtu, 29 September 2018

Cipta Puisi Bulan Bahasa 2018 Kelas 11


Nama   : Singgih Darmawan
Kelas   : XI MIPA 1

Melodi Juang W. R. Soepratman
Kala gelap selimuti hati
Serasa sirna mimpi yang murni
Sunyi …  hampa …  memeluk tubuh
Sekarat sudah semangat hidup
Dikekang segelintir tak beradab
Rindu tak kuasa tertahan
Hasrat akan secercah jiwa yang membara
Lahir bunga di tanah gersang nan elok rupawan
Membawa semangat angin kejayaan
Memeluk Kami …  membelai Kami dengan mesra
Lepaskan beban membelenggu
Dada berkobar disulut api semangat juang
Sebuah emosi berpadu melodi
Alunan yang membangkitkan … 
menggerakkan … 
dan menyatukan semangat seantero negeri
Ibu pertiwi tanah air Kami


Dari secuil negeri yang hitam ini
Tuan hadir dari belenggu kenestapaan
Membungkam mereka yang tak beradab
Melodi melebur berpadu semangat juang
Bangkitkan jiwa yang terpendam yang terkekang
Pemantik api kemerdekaan
Kalangan rendah nan bersahaja Tuan berasal
Budaya Jawa kental terasa di Tanah Purworejo
Di mana sebuah alur perubahan dimulai
Lahirkan seorang maestro pengubah segalanya
Tercipta lantunan bangkitkan hati nurani
Sadarkan atas mimpi – mimpi yang indah
Seakan ingin berjuang bersama bangun dari mimpi yang pilu

Dalam secarik kertas tersurat arti mendalam
Simfoni yang harmoni berbuah melodi
Indonesia raya ..!  Merdeka ..!  Merdeka ..!
Luapkan rasa murka duka lara
Menjadi semangat berkobar
Bagaikan sihir …
Lautan manusia berdiri tegak ikuti alunan melodi bangkitkan asa
Bakti Tuan senantiasa menancap dalam benak
Semangat juang kan terus menyala
Lantunan melodi kan abadi
Sebagai tanda tumpah darah dituangkan
Demi tanah air Kami
Indonesia raya

Nama   : Restu Rahayu Prihartini
Kelas   : XI MIPA 2

Balada Kusuma Bangsa
Ribuan tahun silam yang terkenang
Kau yang meninggalkan sangkar kemewahan
Gelar kebangsawanan yang tak Kau pedulikan
Demi membebaskan Bangsa dari Cengkeraman Penjajahan

Kau enyahkan rasa ingin dipuji karena sebuah tahta
Kau memulai menimba,berkelana, dan berburu asa
Asa ingin memerdekakan bangsa yang merana
Menjadikan nya Merdeka! sekali lagi, Merdeka!

Sulit memang sulit,pahit memang pahit
Tetapi mustahil terjadi ? Pastilah tiada
Karena Kau percaya kuasa Ilahi
Semua hasrat di dada dapat Dia jadikan nyata

Banyak  yang berkorban dengan harta
Tak sedikit yang berjuang dengan ilmu agama
Dan Kau adalah salah satunya
Merintis setitik harap dengan dakwah yang mulia

Kaulah Sang  Kyai Imam Puro
Sosok kharismatik pejuang islam Purworejo
Kitab yang menjadi pedoman Hadist yang menjadi tuntunan
Guna melangkah merebut kemerdekaan

Risalah dakwah dan Amanah kemerdekaan Kau genggam
Tiada lepas dan akan terus bersemayam
Sebelum perjuangan syiar Kau lakukan
Sebelum datang kemenangan peperangan

Dakwah yang Kau sebarkan, Tetes darah yang Kau tumpahkan,
Semangat yang Kau Kobarkan, Kesederhanaan yang Kau teladankan
Menjadi Saksi Bisu akan perjuangan yang menegangkan
Perjuangan merebut cekikan belenggu penjajahan

Kini asa dalam Raga Kau  menjadi Ada
Taruhan nyawa Kau tak menjadi sia-sia
Kini Purworejo,Jawa,dan seluruh Indonesia telah merdeka
Dan Kau menjadi salah satu Kusuma Bangsa

Kepergian Kau menuju Jannah –Nya
Teriring dengan berjuta-juta  Doa
Meski kini raga Kau telah tiada
Namun teladanmu takkan sirna ditelan masa

Nama Kau Sang Kyai
Tertulis dengan tinta suci
Dalam sebuah balada
Balada kusuma bangsa

Nama   : Enggar Reksi Wardhani
Kelas   : XI MIPA 3

Pertanyaan Bisu
Jikalau  aku bertanya
Seperti apa bentuk mata dewa yang merekah
Seperti apa bau jerami basah
Seperti apa embun yang pecah

Jikalau kini aku bertanya
Siapa yang mampu membekukan hujan
Hujan yang mencengkeram bambu
Hujan yang tak makan seminggu
atau hujan yang menirai menutup pilu

Siapakah tuan dari peluru yang mendesing
Kalut
Siapakah tuan yang menyumat meriam
Aih
Pekiknya memecah gendang telinga
Bum dem duer!

Jikalau aku jadi sebatang cerutu
Mungkin mereka tak suka bauku
tapi asapnya adalah semangatku



Jikalau kini aku jadi sepotong roti
Mungkin bocah-bocah telanjang itu mencari-cari
Tapi kelak mereka akan membiarkanku basi

Biar saja kepalaku jadi hiasan pintu
Biar saja tanganku jadi santapan anjing gila
Biar saja!
Ini tanahku ini punyaku
Biar ragaku yang dijadikan makanan cacing tanah
Lubang-lubang berdarah
Biar saja!
Kelak aku akan menyaksikan mereka berlari
dari belenggu derita negeri
Kelak aku akan abadi di tengah bising kota
bukan lagi jiwa yang sedang menerka

Nama : Elang Permana
Kelas : XI MIPA 4

W.R Supratman
Gagasan itu mengalun di pikiran kami sebagai lagu kebangsaan
Suara musik beladiri
Sensasi membawa pistol
Kemajuan dunia saat akan pulang
Kilatan kemuliaan, kemarahan bagi musuh
Impian tugas ke negara atau kepada Tuhan
Tapi ini adalah hal-hal dalam diri kita sendiri
Bersinar ke depan, bersinar ke mereka
bukan dibelakang kita
Yang merupakan tangan kehidupan yang Mahakuasa
Seperti api dipusat bumi yang membuat gunung,
Atau merendam air yang memotong mereka
Apakah anda ingat Wage Rudolf Supratman
Pahlawan Nasional, pencipta lagu kebangsaan?

Nama   : Aulia Nindyo
Kelas   : XI MIPA 5

Gugur Bunga
Merah putih sang saka terlihat elok di langit biru
Berkibar jaya di hatimu beserta hatiku
Berawal dari degup jantung yang menderu
Serta jeritan tangis yang terdengar pilu

Kau singsingkan lengan dengan semangat menggemuruh
Lupakan sejenak sanak keluarga yang terlihat semakin jauh
Singkirkan kenyataan bahwa kau ada di dalam raga yang rapuh dan penuh peluh
Kau korbankan semua untuk tempat dimana hati ini berlabuh

Mati ialah hal yang lebih dekat daripada nadi di tanganmu
Darah dan keringat adalah hal yang bersatu tanpa perlu restu
Namun, tak terdengar sedikitpun bibir manismu mengadu
Apapun kau lakukan agar kita lepas dari belenggu walau jalannya berliku
Tak pernah ciut nyalimu dengan kosakata ngilu berbunyi sekutu

Terima kasih, karnamu kami tau rasanya hidup sejahtera
Karnamu kami punya cerita luar biasa untuk sanak cucu kita
Karnamu kami dapat berpijak di tanah Purworejo tercinta
Karnamu kami bisa mengenal negeri adiwarna bernama Indonesia

Jasa mu akan terkenang selalu di dalam dada
Satu janji yang tak akan pernah kami lupa
Sebuah ikrar yang akan terus melekat dalam jiwa
Akan kami jaga ini tetap sempurna, agar tetap elok besok, lusa, dan seterusnya

Teruntuk kamu, bunga yang gugur di tengah padang penuh luka

Kelas   : XI MIPA 6

‘Ku Prof Kasman
Puisiku bukan sekedar bualan
Inginku kisahkan seorang pahlawan
Yang tlah dilupakan
Karna akhir yang kelam

Pimpinan PETA Jawa Tengah
Yang dipilih oleh penjajah
Menyeru pada para pasukan
“jangan serahkan senjata kita”

Seorang pelopor kemerdekaan
Penghubung politik dan syariat islam
Dibilang trio sahabat
Kasman, Sukarno dan Hatta

Ketika kita tak sejalan
Salah paham tak terelakkan
Mendekamlah aku di ruang sempit dan kelam
Dibalik jeruji besi tempat ku ditahan

Ku  takkan putus asa
Walau diriku di penjara
Ku cipta buku tentang renungan
Ku beri judul “Hidup Itu Berjuang”

Untuk generasi penerus bangsa
Camkan apa yang ku serukan
Jangan pernah ragukan seorang pemimpin
Jikalau kamu belum pernah memimpin

“Jalan pemimpin bukanlah jalan yang mudah
Karena memimpin adalah menderita”

Walau diri ini tlah mati
Yakin kata ini kan abadi

Merdeka Indonesiaku...

Nama   : Helmi Fuadi
Kelas   : XI MIPA 7

Jawab Pejuang Purworejo
Kala aku hadapi masalah
Penat mata, tangan, kaki, badan, hati, pikiran
Pemuda memang seperti ini
Pro kontra sana- sini

Tanyaku pada Anda
Apa yang Anda juangkan?
Hak merdeka melalui tulisan, abdi agama sebagai pastur, ajar mudi- muda
Jawab Driyapkara

Tanyaku pada Anda
Siapa yang Anda kerjakan?
Lagu bangsa, layaknya lagu negara- negara merdeka
Jawab W. R. Supratman

Tanyaku pada Anda
Bagaimana bisa jadi sekarang ini?
Pak Kurmen, guru ngelmu Jawa, guruku
Jawab Kyai Sadrach

Kenapa mau, bila seperti ini?
Film tontonan muda- mudi
Bukan hanya ila- ili sana- sini
Tanpa tahu negri sendiri
Jawab Rempo Urip

Tanyaku pada Anda
Dimana perjuangan yang dibangga?
Pesawat baling bambu
Ia memutar kepalanya
Aku tepat dalam sana penuh gerah akan sesak
Jawab Yum Soemarsono

Tanya Anda padaku
Kapan generasi sekarang seperti lalu?
Aku tak tahu, buta membisu

Pemuda memang seperti ini
Pro kontra sana sini
Jadi satu saja tak bisa
Hanya penting butuhan sendiri         

Nama   : Adel Liana Putri
Kelas   : XI MIPA 8

Tanpa Batas
Kau tahu kawan?
Kami ini pelajar
Bukan tawanan
Bukan juga pendekar

Namun pertiwi membutuhkan kami
Kami sang laskar gerak
Yang berdiri tegak
Dengan lapang hati

Benteng pertahan dilumpuhkan
Namun tidak untuk pendidikan
Raga perwira mungkin mati
Namun tidak untuk pekerti

Kami gugur
Tumbang dalam tempur
Namun kami ikhlas
Murni tanpa batas

Nama   : Sandha Amelia
Kelas   : XI IIS 1

Asa dibalik pusara pahlawan
Aku termenung di samping pusara
Mengingat peristiwa kala itu
Ya,peristiwa perjuangan

Aku kembali menangis di samping pusara
Mengingat kejadian saat itu
Ya,kejadian pembunuhan

Mereka pahlawan kusuma bangsa
Pengabdi bagi negara,sang pejuang kemerdekaan
Tak gentar terus maju tuk melawan
Bersama doa yang terus

Ratusan hingga ribuan tembakan
Menembus membentuk lubang di dada
Tak satupun berhasil memadamkan bara api jiwa
Walaupun lautan darah akan terbentuk

Kini,hanyalah sebuah harapan yang ada
Harapan tuk terus memajukan negeri ini
Bersama tumpah darah pahlawan di langit
Biarlah 1 kata ini terus menggelora
Merdeka, Merdeka, Merdekaa.....

Nama   : Mastri Imammusaddin
Kelas   : XI IIS 2

Inspirasiku
Nada dan irama
Berpadu menjadi pemersatu
Di kala pertiwi masih kelabu
Kehadiranmu ditunggu
Muda mudimu membuat secercah harapan
Membuka pintu baru membebaskan belenggu
Syairmu membuatku menggebu
Seolah keterpurukan sirna
Wahai Kusuma Bangsa
Semerbak harummu tetap terjaga
Membangkitkan semangat jiwa muda

Nama   : Alviska Aidhasari Efrianti
Kelas   : XI IBB

Satu
Di sudut Kedu
Sederet serdadu memicu pacu
Bergerak tanpa ragu
Membawa segelintir tuju

Kepada kolonial itu
Jangan mencoba merayu!
Semu kepada ragu
Karena brigade telah bersatu

Demi mengukir waktu
Mereka siap bantu
Gencar membangun satu
SMA di Selatan Kedu

Mundur atau maju
Sebelas pasukan itu
Membawa rasa penyatu
Dibalik nama SMA Satu



Sekian.

Cipta Puisi Bulan Bahasa 2018 Kelas 10



Nama   : Irma Dwi Listiarni
Kelas   : X MIPA 1

W.R. Supratman
Dari lereng bukit Menoreh
Di Kedu Selatan, engkau pecahkan sepi
Lewat tangis selirih rindu
Yang kirimkan ramalan bagi Nusa
Dengan getar nyanyian rindu

Lalu Kau tumbuh melampaui musim
Menuju sebuah kota, pusat keramaian Pulau Jawa
Diiringi haru kerabat yang menempias
Di dinding rumah, juga pekarangan
Tempat bermain yang tak sampai tanak
Mengasuh keriaanmu di relung belia

Kau serap nada-nada yang menguar
Dari degup dan golak gelora para teruna
Yang mengidam udara kebebasan
Merdeka mengubah irama dan jalan
Bergerak ke depan, amanah murni kemanusiaan

Nama   : Nevia Divara Putri Firdaus
Kelas   : X MIPA 2

W.R. Supratman
W.R. Supratman
Kaulah pahlwanku
Kau buat negara dan kota tercintamu bangga
Kau hasilkan nada yang indah
Lewat goresan tintamu

W.R. Supratman
Kau sangat berjasa
Kau ciptakan lagu Indonesia Raya
Lagu kebangsaan negeri pusaka

W.R. Supratman
Barisan syairmu menggema
Di bumi nusantara
Kau kabarkan berita gembira
Indonesia merdeka


Nama   : Desetya Wayan P.
Kelas   : X MIPA 3

Wage Rudolf Soepratman
Wage Rudolf Soepratman
Pria tinggi rupawan
Bukan Bangsawan
Namun semangat militant

Bukan dengan senjata
Namun dengan karya dan semangat ksatria
Ksatria desa
Dengan sejuta rasa untuk merdeka

Dari jemarinya Indonesia Raya sampai telinga
Hati dan biolanya menciptakan cinta
Menuai air mata di mana mana
Air mata semangat merdeka

Namun semua tak seindah karangan
Dibui, diasingkan, kejar – kejaran semua ia rasakan
Belum sempat menikmati indahnya kemerdekaan
Ia sudah berpulang, mungkin Tuhan lebih sayang

Nama   : Anggita Yunia N
Kelas   : X MIPA 4

Alunan Biola Kemerdekaan
Siapakah dia
Lelaki tampan berwibawa
Tinggi gagah berkarisma
Semesta hadirkannya tuk tanah pusaka

 Wage Rudolf Supratman
 Sang penghadir nada kemerdekaan
Dawai yang saling bersentuhan
Menciptakan cinta menggebur jagad raya

Tanah yang sakti
Tanah yang berseri
Alunan biola menggelegar teriringi
Menggema damai abadi

Sorak sorai lautan manusia
Tetes air mata sembari berteriak merdeka
Dalam benak lautan manusia
Cinta semakin mekar laksana puspa bangsa

Kini semesta memanggilnya ke Rahmatullah
Tempatnya kini di Marwah
Yang berasal dari tanah
Akan menjelma menjadi tanah

Pena sejarah kan tetap menyala
Indonesia Raya, abadi selamanya

Nama   : Camelia Puspita Firdausy
Kelas   : X MIPA 5

Wage Rudolf Supratman
Wage Rudolf Supratman
Kata orang engkau pahlawan
Tapi bagiku,
Engkau lebih dari itu

Bung Wage Rudolf Supratman,
Wajahmu rupawan
Otakmu juga brilian
Pantas saja aku tertawan

Hai bung!
Aku bangga padamu
Saat ku ditanya
Dimana kau dilahirkan?
Kujawab, Purworejo
Sama seperti W. R. Supratman, lho

Bung,
Indah sekali musikmu
Sederhana
Tapi sangat bermakna
Rangkaian kata
Yang sungguh mempesona

Bung,
Kutahu aku tak pernah melihatmu
Tapi aku juga tahu
Hatiku sudah terbuai alunanmu

Terimakasih, Bung!
Atas sebuah karya mahalmu
Mungkin hanya sebuah lagu
Tapi ketahuilah, itu lebih dari apapun
Sebuah lagu yang menghangatkan
Sebuah lagu yang memersatukan
Sebuah lagu yang memerdekakan

Nama   : Fauzan ‘Adzima Al Azhar
Kelas   : X MIPA 6

Gejolak dalam Gelora
Dari lereng bukit di Utara Kaligesing,
Engkau pecahkan sepi lewat tangis,
Kau kirimkan ramalan bagi nusa dengan simfoni nyanyian rindu
Lalu kau tumbuh besar secepat musim berganti,
Lalu kau pergi meninggalkan sang mata hati
Diiringi haru kami yang menghantarmu pergi,
Rumah pun serasa akan roboh, kehilangan salah satu sosok penyangganya,
Namun kami tahu, sudah seharusnya kami rela demi kebaikan dirimu,

Kau serap nada-nada yang menguar dari degup dan gelak gelora para taruna,
Yang mengidam-idamkan udara kebebasan di tanah sendiri,
Tanah tumpah darah yang mereka sayangi,
Demi sebuah angin kemerdekaan mereka korbankan jiwa dan raga mereka,
Derap langkah mereka terdengar gagah, laksana pasukan gajah mada,
Berada di garda terdepan, menjadi tembok pertama yang dihantam penjajah

Supratman, Sanubari dusun dari pedalaman Purworejo,
Engkau kelana cangkulmu,
Biola menggemburkan kekerasan hati di dada,
Menyibak suasana yang pengap oleh mendung yang menerpa dari arah utara,
Supratman, lagu yang lahir dari hati nuranimu,
Mengalirkan seluruh cinta dan bakti,
Mengantarkan negeri kepada gerbang kebahagiaan,
Setelah perjalanan Panjang,
Meniti keluhuran sejarah, membangun anggunnya peradaban.
Oh, Supratman namamu kan slalu terkenang dalam jiwa Indonesia Raya.

Nama   : Raihana Dzakiyatunisa
Kelas   : X MIPA 7

GELORA API JIWA
Tujuh puluh tiga tahun...
Kau ukir sejarah
Wujudkan api kemerdekaan
Taklukkan penjajah dunia
Demi ibu Pertiwi
Waktu demi waktu telah berlalu
Selarik kisah
T'lah menjadi sejarah
Paradoks di masa lampau
Tentara Pelajar Kedu Selatan
Gema Proklamasi bertalu
Belanda tak jua henti jajah negara kita
Semangat bergelora
Api-api dalam jiwa membara
Kukuhkan Proklamasi Indonesia
Perang yang bergerilya
Gugurkan pasukan
Habis dimakan api
Darah tumpah di tanah Pertiwi
Membekas di hati
Berbekal jiwa ’45
Jiwa merdeka
Tak gentar...
Tangguhkan hati
Itulah Tentara Pelajar

Nama: Fatimah Cahyaningtyas
Kelas   : X MIPA 8

PAHLAWAN
Menjulang tinggi semangatmu
Penuhi ubun-ubun harapan negeriku
Cinta pada tanah air terdengar dari sorakmu
Gema keadilan terlihat dari sorot matamu
rela berkorban terpancar dari usahamu

Kau angkat senjatamu ke medan perang
dengan jiwa patriot kau menerjang semua penghalang
Selincah mata pedang setajam mata elang
berjuang melindungi tanah air yang kau sayang
mengantarkan negeri menuju hari esok yang benderang

Seolah seluruh alam berbisik berikan semangat
Menyusun tekad untuk menjadi lebih kuat
Hapuskan elegi ketidakadilan yang melekat
serta penjajahan keji yang berat
Di bawah naungan dan kuasa Tuhan Yang Maha Kuat

Pahlawanku,
Sungguh mulia hatimu
Aku akan selalu mengikuti jejakmu
mempertahankan kemerdekaan ini dengan usahaku
dan mengerahkan segenap kemampuanku

Pahlawanku,
Namamu akan selalu terukir dalam kalbu
atas segala usaha dan kerja kerasmu
dan segenap kemurnian hatimu
serta seluruh jasamu

Nama   : Dimas Fadil Widigdo
Kelas   : X IIS 1

Kau sulit untuk sebuah makna....
Tapi, kehadiranmu sungguh berharga...
Perjuangan mu tak sebatas kata ''sejahtera''...
Namun dengan rasa cinta negara...
Rela meninggalkan keluarga....
Hanya demi kata "merdeka"...

Trimakasih atas jasamu...
Namamu tak terkikis oleh waktu...
Walau dunia semakin membatu....
Semakin keras seiring dengan waktu...

Terima kasih pahlawan ku...
Atas jasamu...

Nama   : Tia Amalia
Kelas   : X IIS 2

W.R. SUPRATMAN
Dari puncak gunung yang tinggi
Dan dalamnya lautan, Engkau pecahkan suasana sepi
Lewat lantunan silih rindu
Mengirimkan telahan untuk bangsa
Dengan getar syair sendu

Kau mengarungi berbagai rintangan
Menuju sebuah kota, di pusat keramaian Jawa
Diiringi peluh, di dampingi tangis
Demi usahamu berbuah manis
Semuanya kau terima dengan lapang dada

Selebihnya, syair juangmu tersirat padu
Namun, saat pemuda bersumpah seru
Pertama kali Indonesia Raya bersenandung lagu
Agar kelak Nusantara persis seperti itu.

WR Supratman……..
Dari pedalaman Purworejo, engkau berkelana
Membawa biola, yang menyebarkan dunia
Mengiringi lagu Indonesia Raya dengan selaras
Kembali menumbuhkan persatuan bangsa

Nama   : Silvia Yunita Rachmawati
Kelas   : X IBB

Jangan Jadi Anarkis Karena Apatis
Malam ini purnama
Izinkan aku menceritakan sebuah nama
Ketika pulang dia menjadi ternama
Eksistensi diksi kelana

Pernah ku lihat
Tajam nya gerinda pemahat
Berdiri tegak di tangan para penjahat
Menusuk nadi hingga ke liang lahat

Terseret kau bung
Membuat dirimu terpasung
Dengan gerilya kawanmu ikut mengacung
Meski lantas harus ikut terpancung

Tetes, darah
Menggigil aku melihat
Suara-suara pekikan halus sarat makna
Teredam oleh meriam sarkas
Terdengar lara

Eksistensi kelana
Ketika ibu pertiwi telah menangis
Menangis untuk pertama kali
Untuk negeri ini
Negeri pusaka terdamba abadi

Sakit
Namun kau tetap terus menghilir
Menghalau tangan-tangan anarki
Pasukan yang terus berhierarki
Mengejar merdeka untuk di bawa ke hulu

Puan-puan kecil berlari
Melintas keliling bersenjata
Mereka masih sekolah, kawan
Tentang mereka yang harus bergelar tentara

Kawan
Negeri ini kaya
Pusaka masih terjaga
Jangan jadi pelana
Lagi seperti dulu kala
Tidak peduli juang tahun lama
Merdeka perlu bersama-sama kita
Terus, terus bersama
Tanpa apatis nya ego yang berkala.



Sekian.