Nama :
Singgih Darmawan
Kelas : XI
MIPA 1
Melodi Juang W. R. Soepratman
Kala gelap selimuti
hati
Serasa sirna mimpi yang
murni
Sunyi … hampa …
memeluk tubuh
Sekarat sudah semangat
hidup
Dikekang segelintir tak
beradab
Rindu tak kuasa
tertahan
Hasrat akan secercah
jiwa yang membara
Lahir bunga di tanah
gersang nan elok rupawan
Membawa semangat angin
kejayaan
Memeluk Kami … membelai Kami dengan mesra
Lepaskan beban
membelenggu
Dada berkobar disulut
api semangat juang
Sebuah emosi berpadu
melodi
Alunan yang
membangkitkan …
menggerakkan …
dan menyatukan semangat
seantero negeri
Ibu pertiwi tanah air
Kami
Dari secuil negeri yang
hitam ini
Tuan hadir dari
belenggu kenestapaan
Membungkam mereka yang
tak beradab
Melodi melebur berpadu
semangat juang
Bangkitkan jiwa yang
terpendam yang terkekang
Pemantik api
kemerdekaan
Kalangan rendah nan
bersahaja Tuan berasal
Budaya Jawa kental
terasa di Tanah Purworejo
Di mana sebuah alur
perubahan dimulai
Lahirkan seorang maestro
pengubah segalanya
Tercipta lantunan
bangkitkan hati nurani
Sadarkan atas mimpi –
mimpi yang indah
Seakan ingin berjuang
bersama bangun dari mimpi yang pilu
Dalam secarik kertas
tersurat arti mendalam
Simfoni yang harmoni
berbuah melodi
Indonesia raya ..! Merdeka ..!
Merdeka ..!
Luapkan rasa murka duka
lara
Menjadi semangat
berkobar
Bagaikan sihir …
Lautan manusia berdiri
tegak ikuti alunan melodi bangkitkan asa
Bakti Tuan senantiasa
menancap dalam benak
Semangat juang kan
terus menyala
Lantunan melodi kan
abadi
Sebagai tanda tumpah
darah dituangkan
Demi tanah air Kami
Indonesia raya
Nama : Restu Rahayu Prihartini
Kelas : XI MIPA 2
Balada Kusuma Bangsa
Ribuan tahun silam yang
terkenang
Kau yang meninggalkan
sangkar kemewahan
Gelar kebangsawanan
yang tak Kau pedulikan
Demi membebaskan Bangsa
dari Cengkeraman Penjajahan
Kau enyahkan rasa ingin
dipuji karena sebuah tahta
Kau memulai
menimba,berkelana, dan berburu asa
Asa ingin memerdekakan
bangsa yang merana
Menjadikan nya Merdeka!
sekali lagi, Merdeka!
Sulit memang
sulit,pahit memang pahit
Tetapi mustahil terjadi
? Pastilah tiada
Karena Kau percaya
kuasa Ilahi
Semua hasrat di dada
dapat Dia jadikan nyata
Banyak yang berkorban dengan harta
Tak sedikit yang
berjuang dengan ilmu agama
Dan Kau adalah salah
satunya
Merintis setitik harap
dengan dakwah yang mulia
Kaulah Sang Kyai Imam Puro
Sosok kharismatik
pejuang islam Purworejo
Kitab yang menjadi
pedoman Hadist yang menjadi tuntunan
Guna melangkah merebut
kemerdekaan
Risalah dakwah dan
Amanah kemerdekaan Kau genggam
Tiada lepas dan akan
terus bersemayam
Sebelum perjuangan
syiar Kau lakukan
Sebelum datang
kemenangan peperangan
Dakwah yang Kau
sebarkan, Tetes darah yang Kau tumpahkan,
Semangat yang Kau
Kobarkan, Kesederhanaan yang Kau teladankan
Menjadi Saksi Bisu akan
perjuangan yang menegangkan
Perjuangan merebut
cekikan belenggu penjajahan
Kini asa dalam Raga
Kau menjadi Ada
Taruhan nyawa Kau tak
menjadi sia-sia
Kini Purworejo,Jawa,dan
seluruh Indonesia telah merdeka
Dan Kau menjadi salah satu
Kusuma Bangsa
Kepergian Kau menuju
Jannah –Nya
Teriring dengan
berjuta-juta Doa
Meski kini raga Kau
telah tiada
Namun teladanmu takkan
sirna ditelan masa
Nama Kau Sang Kyai
Tertulis dengan tinta
suci
Dalam sebuah balada
Balada kusuma bangsa
Nama : Enggar
Reksi Wardhani
Kelas : XI
MIPA 3
Pertanyaan Bisu
Jikalau aku bertanya
Seperti apa bentuk mata
dewa yang merekah
Seperti apa bau jerami
basah
Seperti apa embun yang
pecah
Jikalau kini aku
bertanya
Siapa yang mampu
membekukan hujan
Hujan yang mencengkeram
bambu
Hujan yang tak makan
seminggu
atau hujan yang menirai
menutup pilu
Siapakah tuan dari
peluru yang mendesing
Kalut
Siapakah tuan yang
menyumat meriam
Aih
Pekiknya memecah
gendang telinga
Bum dem duer!
Jikalau aku jadi
sebatang cerutu
Mungkin mereka tak suka
bauku
tapi asapnya adalah
semangatku
Jikalau kini aku jadi
sepotong roti
Mungkin bocah-bocah
telanjang itu mencari-cari
Tapi kelak mereka akan
membiarkanku basi
Biar saja kepalaku jadi
hiasan pintu
Biar saja tanganku jadi
santapan anjing gila
Biar saja!
Ini tanahku ini punyaku
Biar ragaku yang
dijadikan makanan cacing tanah
Lubang-lubang berdarah
Biar saja!
Kelak aku akan
menyaksikan mereka berlari
dari belenggu derita negeri
Kelak aku akan abadi di
tengah bising kota
bukan lagi jiwa yang sedang menerka
Nama
: Elang Permana
Kelas
: XI MIPA 4
W.R
Supratman
Gagasan itu mengalun di
pikiran kami sebagai lagu kebangsaan
Suara musik beladiri
Sensasi membawa pistol
Kemajuan dunia saat
akan pulang
Kilatan kemuliaan,
kemarahan bagi musuh
Impian tugas ke negara
atau kepada Tuhan
Tapi ini adalah hal-hal
dalam diri kita sendiri
Bersinar ke depan,
bersinar ke mereka
bukan dibelakang kita
Yang merupakan tangan
kehidupan yang Mahakuasa
Seperti api dipusat
bumi yang membuat gunung,
Atau merendam air yang
memotong mereka
Apakah anda ingat Wage
Rudolf Supratman
Pahlawan Nasional,
pencipta lagu kebangsaan?
Nama : Aulia
Nindyo
Kelas : XI
MIPA 5
Gugur Bunga
Merah putih sang saka
terlihat elok di langit biru
Berkibar jaya di hatimu
beserta hatiku
Berawal dari degup
jantung yang menderu
Serta jeritan tangis
yang terdengar pilu
Kau singsingkan lengan
dengan semangat menggemuruh
Lupakan sejenak sanak
keluarga yang terlihat semakin jauh
Singkirkan kenyataan
bahwa kau ada di dalam raga yang rapuh dan penuh peluh
Kau korbankan semua
untuk tempat dimana hati ini berlabuh
Mati ialah hal yang
lebih dekat daripada nadi di tanganmu
Darah dan keringat
adalah hal yang bersatu tanpa perlu restu
Namun, tak terdengar
sedikitpun bibir manismu mengadu
Apapun kau lakukan agar
kita lepas dari belenggu walau jalannya berliku
Tak pernah ciut nyalimu
dengan kosakata ngilu berbunyi sekutu
Terima kasih, karnamu
kami tau rasanya hidup sejahtera
Karnamu kami punya
cerita luar biasa untuk sanak cucu kita
Karnamu kami dapat
berpijak di tanah Purworejo tercinta
Karnamu kami bisa
mengenal negeri adiwarna bernama Indonesia
Jasa mu akan terkenang
selalu di dalam dada
Satu janji yang tak
akan pernah kami lupa
Sebuah ikrar yang akan
terus melekat dalam jiwa
Akan kami jaga ini
tetap sempurna, agar tetap elok besok, lusa, dan seterusnya
Teruntuk kamu, bunga
yang gugur di tengah padang penuh luka
Kelas : XI
MIPA 6
‘Ku Prof Kasman
Puisiku
bukan sekedar bualan
Inginku
kisahkan seorang pahlawan
Yang
tlah dilupakan
Karna
akhir yang kelam
Pimpinan
PETA Jawa Tengah
Yang
dipilih oleh penjajah
Menyeru
pada para pasukan
“jangan
serahkan senjata kita”
Seorang
pelopor kemerdekaan
Penghubung
politik dan syariat islam
Dibilang
trio sahabat
Kasman,
Sukarno dan Hatta
Ketika
kita tak sejalan
Salah
paham tak terelakkan
Mendekamlah
aku di ruang sempit dan kelam
Dibalik
jeruji besi tempat ku ditahan
Ku takkan putus asa
Walau
diriku di penjara
Ku
cipta buku tentang renungan
Ku
beri judul “Hidup Itu Berjuang”
Untuk
generasi penerus bangsa
Camkan
apa yang ku serukan
Jangan
pernah ragukan seorang pemimpin
Jikalau
kamu belum pernah memimpin
“Jalan
pemimpin bukanlah jalan yang mudah
Karena
memimpin adalah menderita”
Walau
diri ini tlah mati
Yakin
kata ini kan abadi
Merdeka
Indonesiaku...
Nama : Helmi
Fuadi
Kelas : XI
MIPA 7
Jawab Pejuang
Purworejo
Kala
aku hadapi masalah
Penat
mata, tangan, kaki, badan, hati, pikiran
Pemuda
memang seperti ini
Pro
kontra sana- sini
Tanyaku
pada Anda
Apa
yang Anda juangkan?
Hak
merdeka melalui tulisan, abdi agama sebagai pastur, ajar mudi- muda
Jawab
Driyapkara
Tanyaku
pada Anda
Siapa
yang Anda kerjakan?
Lagu
bangsa, layaknya lagu negara- negara merdeka
Jawab
W. R. Supratman
Tanyaku
pada Anda
Bagaimana
bisa jadi sekarang ini?
Pak
Kurmen, guru ngelmu Jawa, guruku
Jawab
Kyai Sadrach
Kenapa
mau, bila seperti ini?
Film
tontonan muda- mudi
Bukan
hanya ila- ili sana- sini
Tanpa
tahu negri sendiri
Jawab
Rempo Urip
Tanyaku
pada Anda
Dimana
perjuangan yang dibangga?
Pesawat
baling bambu
Ia
memutar kepalanya
Aku
tepat dalam sana penuh gerah akan sesak
Jawab
Yum Soemarsono
Tanya
Anda padaku
Kapan
generasi sekarang seperti lalu?
Aku
tak tahu, buta membisu
Pemuda
memang seperti ini
Pro
kontra sana sini
Jadi
satu saja tak bisa
Hanya
penting butuhan sendiri
Nama : Adel Liana Putri
Kelas : XI MIPA 8
Tanpa Batas
Kau
tahu kawan?
Kami
ini pelajar
Bukan
tawanan
Bukan
juga pendekar
Namun
pertiwi membutuhkan kami
Kami
sang laskar gerak
Yang
berdiri tegak
Dengan
lapang hati
Benteng
pertahan dilumpuhkan
Namun
tidak untuk pendidikan
Raga
perwira mungkin mati
Namun
tidak untuk pekerti
Kami
gugur
Tumbang
dalam tempur
Namun
kami ikhlas
Murni
tanpa batas
Nama : Sandha
Amelia
Kelas : XI
IIS 1
Asa dibalik pusara pahlawan
Aku
termenung di samping pusara
Mengingat
peristiwa kala itu
Ya,peristiwa
perjuangan
Aku
kembali menangis di samping pusara
Mengingat
kejadian saat itu
Ya,kejadian
pembunuhan
Mereka
pahlawan kusuma bangsa
Pengabdi
bagi negara,sang pejuang kemerdekaan
Tak
gentar terus maju tuk melawan
Bersama
doa yang terus
Ratusan
hingga ribuan tembakan
Menembus
membentuk lubang di dada
Tak
satupun berhasil memadamkan bara api jiwa
Walaupun
lautan darah akan terbentuk
Kini,hanyalah
sebuah harapan yang ada
Harapan
tuk terus memajukan negeri ini
Bersama
tumpah darah pahlawan di langit
Biarlah
1 kata ini terus menggelora
Merdeka,
Merdeka, Merdekaa.....
Nama : Mastri
Imammusaddin
Kelas : XI
IIS 2
Inspirasiku
Nada dan irama
Berpadu menjadi
pemersatu
Di kala pertiwi
masih kelabu
Kehadiranmu
ditunggu
Muda mudimu
membuat secercah harapan
Membuka pintu
baru membebaskan belenggu
Syairmu
membuatku menggebu
Seolah
keterpurukan sirna
Wahai Kusuma
Bangsa
Semerbak harummu
tetap terjaga
Membangkitkan
semangat jiwa muda
Nama : Alviska
Aidhasari Efrianti
Kelas : XI
IBB
Satu
Di sudut Kedu
Sederet serdadu memicu
pacu
Bergerak tanpa ragu
Membawa segelintir tuju
Kepada kolonial itu
Jangan mencoba merayu!
Semu kepada ragu
Karena brigade telah
bersatu
Demi mengukir waktu
Mereka siap bantu
Gencar membangun satu
SMA di Selatan Kedu
Mundur atau maju
Sebelas pasukan itu
Membawa rasa penyatu
Dibalik nama SMA Satu
Sekian.