Jumat, 05 Oktober 2018

Sastrawan itu Pahlawan


Sastra adalah hasil dari suatu kegiatan kreatif yang memadukan unsur estetika dan komunikatif yang berisi ide, pemikiran, dan gagasan dari pengarangnya. Sastra adalah cerminan paling jelas dari masyarakat itu sendiri. Sastra punya kaitan erat dengan budaya dan kehidupan masyarakat. Maka dari itu, sastra jelas mengambil kontribusi dalam kehidupan, termasuk mempengaruhi kehidupan sosial, sekonomi, politik, dan aspek lainnya. Sastra juga berperan penting dalam proses pembentukan karakter bangsa.

Sayangnya, peran sastra yang sedemikian kurang disadari masyarakat. Mereka memandang sastra sekadar sebagai rangkaian kata tak berarti. Karya-karya apik cenderung disepelekan, hanya dianggap kiasan yang menguras kantong. Persepsi itu berkembang dikalangan masyarakat, termasuk pelajar. Tidak heran, pandangan masyarakat yang sedemikian membuat minat baca Indonesia berada di posisi bawah. Dibandingkan negara tetangga seperti Singapura, Indonesia masih kalah telak. Kalau sudah seperti ini, siapa yang bisa membantu mengubah stigma negatif itu selain sastrawan hebat dengan karya ajaib yang membuka pikiran masyarakat?

Di zaman sekarang, pemerintah memang sedang heboh menggembor-gemborkan masalah peningkatan minat literasi. Tanpa buah tangan sastrawan luar biasa, apa yang akan disuguhkan sehingga menyadarkan masyarakat tentang betapa pentingnya membaca?

Memang ada juga sastrawan yang menerbitkan banyak buku hebat di era millenial ini, namun Indonesia tetap selalu akan butuh karya yang lebih dari apa yang telah ada, kan? Jelas tidak bisa hanya terus menggemborkan satu karya, yang mana malah hanya akan membuat masyarakat jengah dan kembali ke persepsi bahwa sastrawan hanyalah manusia yang sekadar menjual kata. Oleh sebab itu, selain berusaha mendobrak minat baca dengan pelajar sebagai sasaran utama, pemerintah juga harus sanggup mendobrak kreativitas masyrakat agar terus lahir karya sastra yang luar biasa. Harus ada sastrawan yang mampu menyaingi Pram dengan Bumi Manusia-nya, atau Chairil dengan Aku yang terus di sajakkan. Untuk apa? Sederhana saja, agar Indonesia makin kaya ilmu. Sastra adalah jembatan sekaligus jendela paling sederhana untuk mengintip dunia luas. Tidak ada yang sia-sia dari membaca, tidak ada waktu yang terbuang percuma untuk duduk dan menulis, karena dampak dari itu semua akan kembali ke kita, sebagai wawasan luas yang berguna dalam kehidupan.



Penulis :  Ekya Putri Berliana

X IIS 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar